Bawang Merah Bawang Putih
Dahulu
kala, ada sebuah keluarga yang memiliki seorang putri yang sangat cantik, baik
hati, tidak sombong dan rajin menabung yang bernama Bawang Putih. Ayahnya
seorang pedagang kaya raya yang sering berpergian ke kota. Mereka memiliki
tetangga seorang janda yang mempunyai anak bernama Bawang Merah.
Suatu
hari..
Ayah :
“Bu, besok saya akan pergi ke kota untuk berdagang selama beberapa hari.”
Ibu :
“Apa ?! pergi ke kota lagi ?”
Ayah :
“I..iya bu.. tidak akan lama ko..”
Ibu :
“Aaah Ayah ini bagaimana sih, baru 2 hari pulang sekarang sudah mau pergi lagi.
Kalau ada apa-apa dengan Ibu dan Bawang Putih gimana cobaa..?”
Ayah :
“Iya kan Ibu masih bisa BBMan sama Ayah, nanti juga Ayah bakal sering-sering
nelpon ko.”
Ibu :
“Aku ga punya puulsaaaaaa…”
Ayah : “Aduuh
ibu ini, ya sudah nanti Ibu beli pulsa dulu aja, nanti uangnya Ayah kasih.”
Ibu :
“Kalo counternya tutup gimana ?”
Ayah : “Ga
mungkin Bu, pasti counternya buka”
Ibu :
“Kalo tiba-tiba yang jual pulsanya mencret-mencret terus struk terus mati
gimana ?”
Ayah :
“Haduuh Ibu ini ada-adaa saja, Ayah tau, Ibu cuman nyari-nyari alasan saja kan
biar Ayah ga pergi ? Tenang saja Bu, Ayah hanya pergi tuk sementaraa, bukan tuk
meninggalkanmu selamanya…” (nyanyi)
Ibu :
“Hhhm baiklah kalau Ayah memang harus pergi.”
Ayah :
“Naah gitu dong Bu, nanti Ayah bakalan sering-sering telepon Ibu ko.”
Ibu :
“Tapi..Tapi kalau misalnya nanti ga ada sinyal gimanaa ? jarak dari sini ke
kota kan jauuh banget Yahh.”
Ayah :
“Ya sudah ! Nih sekarang Ibu beli pulsa sekalian beli sinyalnya !”
Keesokan
harinya..
Ayah :
“Bu, Bawang Putih, Ayah pergi dulu yaa jaga diri kalian baik-baik. Bawang putih
kamu jaga Ibu kamu ya, jangan jualan crocs aja. Ibu juga jagain anak kita ya,
jangan sibuk jual-jualin kerudung sama bahan.”
Bawang
Putih : “Iyaa, Ayah juga hati-hati yaah, jangan makan aja.”
Ayah : “Ya sudah Ayah pergi dulu yaa.”
Ibu :
“Jangan tinggalin aku laaaa..”
Ayah : “Bu, jangan mulai deh..”
Ayah berjalan melewati rumah Bawang
Merah. Dan pada saat itu Bawang Merah dan Ibunya sedang duduk di depan rumah.
Ayah :
“Permisi..”
Ibu Bawang
Merah : “Ooh iya silahkan..”
Bawang
Merah : “Yang barusan lewat tuh tetangga kita kan Bu. Sepertinya dia orang kaya
yah..”
Ibu Bawang
Merah : “Yaiyalah orang kaya, dari baunya aja udah beda.”
Bawang
Merah : “Emang gimana ?”
Ibu Bawang
Merah : “Ya kaya tadi aja baunya gimana.”
Bawang
Merah : “Orang ga kecium bau apa-apa ko.”
Ibu Bawang
Merah : “Ya emang gitu, baunya ga bau apa-apa.”
Bawang
Merah : “Aaah Ibu tuh ngaco. Buu, minta sih bu..”
Ibu Bawang
Merah : “Minta apaan sih ?!”
Bawang
Merah : “Minta PIN BB ! Ya minta uanglah.”
Ibu Bawang
Merah : “haaaah jaaaluk ? Uang
lagi uang lagi, Ibu tuh ga punya uang tau ga. Lagian kamu kerjaannya tuh minta uaaang
mulu kaya Ibunya pejabat banyak duitnya.”
Bawang
Merah : “Ah Ibu, ayolaah. Merah sudah lama tidak facial, luluran, sama
creambath.”
Ibu Bawang
Merah : “Kamu ini ga pernah mengerti kondisi Ibu ya ! Yasudah nih Ibu kasih,
kembaliannya buat kamu aja !”
Bawang
Merah : “Haaah seribu ??!! Ibuuu!!!”
Ibu bawang
merah : “Diam !! Kamu tuh rewel banget sih ! Ibu ga punya uang lagi !”
Bawang
Merah : “Ya masa cuman seribu sih Buuu.. aah sampe kapan sih kita hidup miskin
kaya gini, coba kalo Ibu nikah lagi sama orang kaya, kita ga bakalan hidup
susah kaya gini.”
Ibu Bawang
Merah diam sejenak..
Ibu bawang
merah : “Merah.. Ibu punya rencana..”
Bawang
Merah : “Rencana apa ?”
Ibu :
“Sini Ibu bisikin..”
Bawang
Merah : “Waaah ide bagus tuh Bu. Ibu emang pinteeer..”
Ibu bawang
merah : “hhm iya doong makanya kamu nurut sama Ibu.”
Bawang
Merah : “Hehe iya. Jadi kapan kita ngejalanin rencana kita ?”
Ibu bawang
merah : “Nanti saja kalo Ibunya sedang sendirian di rumahnya, sekarang kamu
cepat kesana liat keadaan rumahnya.”
Bawang
Merah : “oke Bu, siaaap.”
Di rumah Bawang Putih.
Bawang
Putih : “Bu, Putih pergi ke sungai dulu ya.”
Ibu :
“Mau apa nak kamu ke sungai ?”
Bawang
Putih : “Putih mau mencuci baju Putih bu.”
Ibu :
“Aduh nak, sudah biar nanti Ibu saja yang mencuci.”
Bawang
Putih : “Tidak Bu, kasian Ibu kan sudah mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.”
Ibu :
“Kamu memang baik sekali nak, selain cantik kamu juga sangat berbakti kepada
orang tua. Ya sudah, sekalian cuciin punya Ibu juga yaa..”
Bawang
Putih : “Ooo tidak bisa.”
Rumah Bawang Merah.
Bawang
Merah : “Bu, sepertinya Bawang Putih sedang pergi keluar rumah ! bagaimana kalo
sekarang kita ke rumahnya lalu racuni Ibunya.”
Ibu bawang
merah : “Shuuut (ngebungkam mulut Bawang Merah). Jangan keras-keras ngomongnya,
kalo kedengeran penonton gimana coba, rencana kita bakalan gagal.”
Bawang
Merah : “Oh iya bu iyaa..”
Ibu bawang
merah : “Sekarang ambil sayur di dapur cepetan!”
Bawang
Merah : “Ini Bu.”
Ibu bawang
merah : “Nah sip..” lalu Ibu Bawang Merah memasukan racun ke dalam sayur
tersebut.
Lalu mereka pergi ke rumah Bawang
Putih
Ibu bawang
merah : “Permisi..”
Ibu
Bawang Putih : “Iyaa.. siapaa ?”
Ibu bawang
merah : “Saya tetangga sebelah Bu, Ibunya Bawang Merah..”
Ibu
Bawang Putih : “Oooh iya silahkan masuk..”
Ibu bawang
merah : “Aduh Ibu sedang istirahat yah, maaf saya menggangu.”
Ibu Bawang
Putih: “Tidak bu tidak apa-apa.”
Ibu Bawang
Merah : “Saya kesini cuman mau ngasih ini bu..”
Ibu Bawang
Putih: “Apa ini Bu ?”
Ibu Bawang
Merah : “Ini Merah baru belajar memasak, saking semangatnya dia belajar memasak
makanan di rumah jadi menumpuk, kami kan hanya tinggal berdua jadi tidak ada
yang memakan makanan-makanan ini. yaah daripada di buang kan sayang yah bu
apalagi sekarang harga sayur sangat mahal, apalagi harga minyak bu, haduuuh
saya jadi pusing mikirinnyaa, ditambah lagi….”
Bawang
Merah : “Ibu..!” Bawang Merah menyenggol tangan Ibunya.
Ibu Bawang
Merah : “oh iya maaf ko jadinya curhat gini ya hehe, ya maka dari itu saya ingin
sedikit berbagi ini buat Ibu. Maaf saya cuman bisa ngasih ini”
Ibu Bawang
Putih: “ooh begitu, iya tidak apa-apa. Terimakasih bu”
Ibu Bawang
Merah : “Iyaa sama-sama, ya sudah kalo begitu saya pulang dulu yah bu..
Assalamu’alaikum..”
Ibu Bawang
Putih: “Wa’alaikum salam..”
Lalu Ibu Bawang Putih memakan sayur
tersebut. Tidak lama kemudian Bawang Putih datang.
Bawang
Putih : “Assalamu’alaikum.. Ibu.. Astaghirullah Ibu kenapaaa ??”
Ibu :
“Naak..”
Bawang
Putih : “Ibuu kenapa ??!!”
Ibu :
“Tampaknya Ibu tidak akan lama lagi pergi meninggalkanmu nak..”
Bawang
Putih : “Ibuuu, kenapa Ibu bicara seperti itu ?” Ibu Bawang Putih pun
meninggal.
Bawang
Putih : “Ibuuu !! bangun bu bangun !! Buu tolong bicara bu !! ibuu jangan
tinggalin akulaaaa, apa susahnya ngomong ??”
Ibu Bawang Putih meninggal dan
Bawang Putih merasa sangat sedih sekali. Tetapi Bawang Merah dan Ibunya merasa
senang sekali karena mereka berharap kekayaannya berpindah ke tangan mereka.
Beberapa hari kemudian Ayah Bawang Putihpun pulang.
Ayah :
“Assalamu’alaikum..”
Bawang
Putih : “Wa’alaikuumsalam.. Ayah..”
Ayah :
“Iya nak, kenapa muka kamu sedih seperti itu ? Ibu mana ?”
Bawang
Putih : “Ibu telah pergi meninggalkan kita Yah..”
Ayah :
“Oooh pergi kemana ? Ke pasar ? Atau mencuci di sungai ? apa pergi ke sawah ?
ke kebun ? apa kemana ?”
Bawang
Putih : “Ibu telah meninggal dunia Yah !!”
Ayah :
“Apa ?!!!!” Ayahpun pingsan.
Teriakan Ayah Bawang Putih terdengar
sampai rumah Bawang Merah. Mendengar teriakan itu Bawng Merah dan Ibunya segera
mendatangi rumah Bawang Putih.
Bawang
Merah : “Bawang Putih ada apa ini ?”
Bawang
Putih memeluk Bawang Merah, tetapi Bawang Merah mendorongnya.
Bawang
Merah : “Apa-apaan sih !”
Ibu Bawang
Merah : “Merah !!!”
Bawang
Merah : “Oh iya maaf, hhm saya belum tidak biasa di peluk seperti itu..”
Bawang
Putih : “I..iya tidak apa-apa.. Yaah bangun Yah..”
Ibu Bawang
Merah : “Ayah kamu kenapa Bawang Putih ?”
Bawang
Putih : “Ayah pingsan gara-gara Putih bilang kalo Ibu sudah meninggal.”
Ibu Bawang
Merah : “ooh begitu. Ada minyak kayu putih ato minyak angin ga?”
Bawang
Putih : “Sebentar Putih cari dulu.”
Ibu Bawang
Merah : “Kalo ga ada minyak tanah juga gapapa.”
Bawang
Putih : “Ini bu ada minyak kayu putihnya.”
Ibu Bawang Merah menggosok-gosokan
minyak kayuputih ke hidung Ayah Bawang Putih dan akhirnya Ayahnya bangun.
Bawang
Putih : “Alhamdulillah akhirnya Ayah sadar..”
Ayah :
“Ibu.. bagaimana dengan Ibu?”
Ibu Bawang
Merah : “sudah Pak, ikhlaskan saja lebih baik sekarang bapak berdo’a semoga Ibu
tenang di alam sana.”
Ayah :
“Iya Bu, terimakasih. Sekarang yang saya pikirkan adalah siapa yang akan mengurus Bawang Putih ketika saya pergi
merantau ke kota..”
Ibu berbisik kepada Bawang Merah
untuk mengajak Bawang Putih keluar.
Bawang
Merah : “Putih, temani saya jalan-jalan keluar yuk..”
Bawang
Putih : “Tapi Ayah..”
Ayah :
“Sudah nak temani saja Bawang Merah, Ayah sudah tidak apa-apa.”
Bawang
Putih : “Baiklah kalau begitu..”
Bawang
Merah : “ayo Putih..”
Ibu Bawang
Merah : “Mereka sudah seperti adik kaka saja ya, sepertinya Bawang Putih senang
bermain dengan Bawang Merah.”
Ayah :
“Ya tampaknya begitu. Kasihan, Putih pasti merasa sangat kesepian karena
ditinggal oleh Ibunya.”
Ibu Bawang
Merah : “Kalo bapak tidak keberatan saya mau ko menggantikan Ibu Bawang
Putih..”
Ayah :
“Maksudnya ..?”
Ibu Bawang
Merah : “Hhhmm, maksudnya saya tidak keberatan untuk mengurus Bawang Putih,
selain itu juga Bawang Putih tidak akan merasa kesepian lagi karena ada Bawang
Merah..”
Ayah :
“Hhhm.. baiklah kalau begitu saya akan membicarakannya dulu dengan Putih..”
Ibu Bawang
Merah : “Iyaa silahkan..”
Setelah itu Ibu Bawang Merah pulang.
Ayah :
“Bawang Putih, Ayah ingin membicarakan sesuatu.”
Bawang
Putih : “Iya Ayah, ada apa?”
Ayah :
“Bagaimana kalo Ayah menikah dengan Ibunya Bawang Merah ? Ayah berpikir dia
bisa merawat kamu nak.. apakah kamu setuju ?”
Bawang
Putih : “Kalau itu keinginan Ayah, Putih setuju..”
Ayah Bawang Putihpun akhirnya
menikahi Ibunya Bawang Merah dan hidup bersama. Tidak lama setelah itu Ayah
Bawang Putih ingin pergi ke kota lagi untuk berdagang.
Ayah : “Bu, Ayah akan pergi ke kota lagi untuk berdagang.
Jaga baik-baik Bawang Merah dan Bawang Putih ya Bu.”
Ibu : “Iya Yah, Ibu akan menjaga mereka baik-baik”
Ayah : “Bawang Merah, Bawang Putih, oleh-oleh apa yang
kalian mau dari kota ?”
Bawang Merah : “Saya ingin gaun yang indah, sepatu, dan
perhiasan Ayah..”
Ayah : “Baiklah, dan kamu nak ? kamu ingin oleh-oleh apa
?”
Bawang Putih : “Saya hanya ingin Ayah cepat kembali ke
rumah lagi dan kita bisa berkumpul bersama kembali.”
Ayah : “Iya Putih, Ayah pasti cepat pulang tapi
sekali-kali Ayah ingin membelikanmu hadiah, hadiah apa yang kamu mau Nak ?”
Bawang Putih : “hhm baiklah kalo Ayah memaksa. Kalau
begitu saya ingin i-phone, i-pad, mobil yang mewah, kamera SLR, dan satu set
perlengkapan kecantikan. Apakah Ayah bisa membelikan itu semua untuk Putih..?”
Ayah :”Bisa.. Bisa..bisa gila. Ya sudah Ayah pergi dulu
yah. Assalamu’alaikum..”
Semuanya : “Wa’alaikumsalam..”
Setelah
Ayah mereka pergi ke kota, Ibu dan Bawang Merah mulai berlaku kasar terhadap
Bawang Putih.
Bawang Merah : “Putiiiih !!!”
Bawang Putih : “iya merah ada apa ?”
Bawang Merah : “Kamu darimana aja sih ?! daritadi saya
teriak-teriak emang ga kedengeran apa ?”
Bawang Putih : “Maaf Merah, tadi saya sedang mencuci
baju.”
Bawang Merah : “Alaah alasan saja kamu ini !”
Bawang Putih : “Tidak Merah, memang benar saya tidak
mendengar teriakan kamu.”
Bawang Merah : “Ya berarti kamu budeg ! sana ke THT !”
Bawang Putih : “tidak mau, saya tidak mau diberi harapan
palsu.”
Bawang Merah : “Itu PHP goblok bukan THT !”
Ibu : “Aduuuh ada apa sih ini berisik banget ?”
Bawang Merah : “Ini nih Bu si Putih ! saya teriak-teriak
manggil dia tapi dianya ga nyahut-nyahut.”
Bawang Putih : “Tapi saya memang tidak mendengarnya Bu..”
Ibu : “bohong! Kamu pasti pura-pura tidak mendengarnya.”
Bawang Putih : “Saya tidak berbohong Bu.. telinga saya
benar-benara tidak mendengar teriakannya Bawang Merah.”
Ibu : “kamu tuli ya hah?!!! Sana kamu ke PHP !!”
Bawang Merah : “THT goblooook!! THT !!”
Ibu : “Apa kamu bilang Ibu goblok?!!!!!”
Bawang Merah : “Eh engga bu engga..”
Ibu : “Haah yasudah Ibu capek ingin beristirahat.
Selesaikan urusan kalian berdua sendiri! Oiya, Putih, mulai dari sekarang kamu
harus mencuci baju, piring dan semua pekerjaan rumah !’
Bawang Putih : “Baik Bu..”
Ibu : “Cepat !!”
Bawang Merah : “Mampus lu.”
Bawang Putih : “Lu yang mampus !”
Bawang Merah : “Apaaa ?!!”
Bawang Putih : “Kenapa ga kedengeran ?! sana loh ke THT
!!”
Pada
suatu hari Ayah pun pulang, perlakuan ibu dan saudara tirinya itu sangatlah
berbeda mereka sangat baik kepada Bawang Putih apabila Ayahnya pulang. Ayah
pulang membawa berita buruk, yaitu dia tidak bisa lagi pergi ke kota untuk
berdagang karena suatu masalah, sehingga membuat Ibu Bawang Merah sangat kesal.
Akhirnya timbul niat jahat untuk membuat Ayah tidak berdaya.
Ibu : “Yaah, saya telah membuatkan teh untuk ayah,
diminum ya Yaah..”
Ayah : “Iya Bu, terimakasih.”
Setelah
meminum teh itu badan Ayah Bawang Putih menjadi kaku, dia tidak bisa bergerak
dan mengucapkan sepatah katapun. Ibu Bawang Merah sangatlah senang dengan
kejadian itu. Setelah kejadian itu Ayah Bawang Putih yang sampai sekarang tidak
jelas namanya siapa hanya bisa tertidur di kamar dengan kaku. Bawang Putih
sangat sedih melihatnya.
Suatu
hari..
Bawang Merah : “Putih !!!”
Bawang Putih : “Iya Merah.. ada apa ?”
Bawang Merah : “Ini liat baju saya ko luntur kaya gini
sih ?!!”
Bawang Putih : “Hhhm maaf Merah, mungkin saya terlalu
ceroboh sehinggaa..”
Bawang Merah : “Ahhh sudah-sudah saya tidak mau mendengar
alasan apapun dari kamu ! pokonya saya ga mau tau sekarang juga kamu cuciin
baju saya !!!”
Bawang Putih : “Iya Merah... ngomong-ngomong ini kan baju
saya, ko kamu ngaku-ngaku ?”
Bawang Merah : “Idiih
siapa yang ngaku-ngaku, mulai dari sekarang baju kamu menjadi milik saya ! sana
cepat pergi !”
Bawang Putihpun pergi ke sungai.
Setelah selesai mencuci diapun pulang, diperjalanan dia mendengar suara orang minta
tolong.
Tafriziah
: “Tolooong, tolong..!”
Bawang
Putih : “siapaa ? Kamu dimana ?”
Tafriziah
: “Aku disini..!”
Bawang
Putih : “Dimanaa ? Aku tidak melihatmu.”
Tafriziah
: “Disini akau disini ..!!”
Bawang
Putih : “Disini dimana ?”
Tariziah
: “Wooy disini wooy..”
Bawang
Putih : “Oooh ternyata kamu disini, bilang dong daritadi. Kamu kenapa ?”
Tafriziah
: “Kaki saya terkilir tolong bantu saya.”
Bawang
Putih : “Baiklah saya akan menolongmu, bagaimana kalau saya membawamu ke rumah
saya ? Biar saya bisa mengobati kakimu itu.”
Tafriziah
: “Baiklah, terimakasih..”
Bawang
Putih : “Sama-sama, mari saya tuntun. Nama kamu siapa ? Kamu berasal darimana
?”
Tafriziah
: “Nama saya Afri, saya bukan berasal darisini saya kesini tadinya hanya ingin
jalan-jalan saja tetapi saya tersesat..”
Bawang
Putih : “Oooh begitu, makanya kalau anak kecil tuh jangan main sendirian, ntar
kalo diculik gimana coba.. ya sudah bagaimana kalau kamu tinggal bersama saya
?”
Tafriziah
: “Terimakasih.. kamu sangat baik sekali, tidak hanya wajahmu saja yang cantik
tapi hatimu sangatlah baik dan tulus.”
Bawang
Putih : “Iya dong, gue..”
Mereka berduapun menuju ke rumah
Bawang Putih. Kedatangan mereka tidak disambut baik oleh Bawang Merah dan
Ibunya. Afripun ditempatkan di gudang. Setelah kedatangan Afri Bawang Putih pun
tidak merasa kesepian lagi. Tetapi hal itu membuat Bawang Merah dan Ibunya
kesal dan marah. Bawang Merah tidak menginginkan Bawang Putih mempunyai teman
lalu akhirnya diapun meracuni Afri.
Bawang
Putih sedih melihat temannya meninggal.
Bawang
Putih : “Afrii.. kenapa kamu tega meninggalkan aku, aku sekarang tidak
mempunyai teman lagi..”
Beberapa hari setelah kematian Afri,
Bawang Putih sering sekali merenung sendiri. Dan pada suatu hari ada seorang
pangeran tampan yang datang ke desa Bawang Putih, pangeran tersebut bernama
Rifal. Dia datang ke desa itu untuk memenuhi permintaan ayahnya untuk mencari
seorang gadis untuk dijadikan istri sang pangeran.
Di desa tersebut pangeran mengadakan
sayembara siapa yang dapat mengangkat batu milik Ayahnya maka dia akan di
nikahi oleh pangeran. Dan batu tersebut hanya dapat di angkat oleh gadis yang
berhati mulia. Sayembara tersebut terdengar oleh ibu Bawang Merah.
Ibu :
“Nak pangeran mengadakan sayembara siapa yang dapat mengangkat batu milik Raja
maka dia akan dinikahi oleh pangeran.”
Bawang
Merah : “Haah ? Masa siih..? yang bener bu ?”
Ibu :
“Iya nak ! makanya sekarang ayo cepat kamu mengikuti sayembara itu !”
Bawang
Merah : “Baik bu, lagian cuman ngangkat batu doing kan ? aah keciil..”
Ibu :
“Heh !! ngapain kamu disitu ? kamu nguping ya hah ?!!”
Bawang
Putih : “Engga ko bu, siapa yang nguping, ibu gr dih.”
Bawang
Merah : “Alah jangan pura-pura kamu ! ngapain kamu disini ?”
Bawang
Putih : “Ga ngapa-ngapain !”
Ibu :
“Jangan-jangan kamu ingin mengikuti sayembara itu ya ?!”
Bawang
Merah : “Heh jawab !! punya mulut ga hah ?!”
Bawang
Putih : “Kalau iyaa, memang kenapa ?”
Bawang
Merah : “Heh ngaca dong ngaca !! kamu tuh ga Pantes jadi istri pangeran, yang
pantes jadi istrinya pangeran tuh saya! Liat saya ! saya cantik kan ?”
Bawang
Putih : “Engga.”
Bawang
Merah : “Eh kurang ajar ya kamu, Pokonya awas aja ya kalau kamu mengikuti
sayembara itu !”
Ibu : “kalau
kamu berani mengikuti sayembara itu, awas aja ! saya tidak akan segan-segan
membunuh ayah kamu seperti saya membunuh ibu kamu !!”
Bawang
Putih : “Apaa ?!! yang membunuh Ibu saya adalah Ibu ?”
Ibu :
“Iya, kenapa ? ga terima ? hah ?!!!”
Bawang
Putih : “iya !terus napa ? lo pengen banget di terima gitu hah ?!! kalian
berdua memang jahat !!”
Setelah itu ibu dan Bawang Merah
pergi ke tempat sayembara.
Hadi :
“Assalamu’alaikum wr.wb. terimakasih kepada warga desa ini yang telah berkumpul
di tempat ini untuk mengikuti sayembara ini. pertama-tama marilah kitaaaa…”
Pangeran
: “Heh ! udah cukup segitu aja ga usah panjang-panjang !”
Hadi :
“Ooh iya maaf pangeran, kebiasaan hehe. Baiklah kita langsung pada intinya.
Kedatangan kami berdua disini adalah untuk mencari seoarang gadis yang berhati
mulia yang dapat mengangkat batu ini, dan barangsiapa yang dapat mengangkat
batu ini maka dia akan menjadi istri saya.”
Pangeran
: “Heh ! istri saya !?”
Hadi :
“Oh iya maaf pangeran salah, maksudnya istri pangeran. Menjadi istri pangeran
sangat banyak sekali keuntungannya, salah satunya adalah anda bisa keliling
dunia dengan menaiki kuda-kuda terlatih milik istana kerajaan. Dan juga
pangeran sendiri, memiliki lima kelebihan !
1.
Pangeran
orangnya baik hati, rajin menabung dan tidak sombong seperti saya.
2.
Sudah
jelas sekali kalian lihat bahwa pangeran adalah seorang laki-laki yang sangat
tampan seperti saya.
Pangeran
: “Heh kenapa semuanya seperti kamu ?”
Hadi :
“Karena faktanya memang begitu.”
Pangeran
: “Aaah sudah-sudah cepat laksanakan saja sayembara ini !”
Hadi :
“Baiklah pangeran..”
Akhirnya sayembarapun dilaksanakan.
Satu persatu gadis di desa itu mengangkat batu itu tetapi tidak ada yang dapat
dapat mengangkatnya. Dan pada akhirnya tiba giliran Bawang Merah yang
mengangkat batu itu.
Bawang Merah
: “Lihat saya pasti bisa mengangkatnya.”
Tetapi pada hasilnya batu tersebut
tidak dapat di angkat oleh Bawang Merah.
Bawang
Merah : “Aduuh susah banget sih !”
Ibu :
“haah dasar anak bodoh ! sini ibu bantu.”
Hadi :
“Heh tidak oleh dibantu ! itu pelanggaran namanya.”
Bawang
Merah : “Aaah diam kamu ! aduh susah banget sih ini.”
Hadi :
“Waah rusuh nih rusuh !! pangeran ! cepat panggil security !”
Pangeran
: “Apa ?! kamu berani menyuruh pangeran ?!”
Hadi :
“A..ampun pangeran, sudah kalian berdua cepat pergi darisini !”
Pangeran
: “Hey pengawal inikah gadis terakhir di desa ini ?”
Bawang
Putih : “Tidak, akulah gadis terakhir di desa ini.”
Bawang
Merah : “Heh Bawang Putih ! ngapain kamu disini !!”
Pangeran
: “Diam kamu !!”
Bawang
Merah : “Aaaah Ibuuu, dia marah-marahin aku.”
Pangeran
: “Kamu cantik-cantik dari hatimuu.. bapa kamu pasti sedang struk yah ?”
Bawang
Putih : “Loh ko kamu taau ?”
Pangeran
: “Karna setelah melihat kecantikan kamu, seluruh tubuhku terasa kaku tak
berdaya..”
Bawang
Putih : “Engga ko emang beneran bapak saya sedang struk.”
Pangeran
: “ooh begitu. Hhm sebenarnya selain menjadi seorang pangeran saya juga seorang
peramal, saya sudah bisa meramal bahwa di telapak kakimu itu ada surga buat
anak-anak kita kelak.”
Hadi :
“Aduh pangeraaan, ini kapan dimulai sayembaranya ?”
Bawang
Putih : “Iya nih pangeran banyak ngegembel.”
Pangeran
: “Ngegombal putriku.. baiklah silahkan kamu angkat batu itu.”
Bawang Putih pun mengangkat batu itu
dan ternyata batu itu terangkat olehnya. Melihat itu semua yang hadir disitu
termasuk Bawang Merah dan ibunya tercengang.
Pangeran
: “Tuh kaaan, saya sudah yakin bahwa kamu pasti bisa mengangkat batu itu.
baiklah, besok kita akan menikah. Jadi, siapa namamu ?”
Bawang
Putih : “Bawang Putih pangeran..”
Ibu
Bawang Merah : “Tidak bisa !! Pangeran tidak bisa menikah dengan dia ! dia
tidak pantas menjadi istri pangeran ! yang pantas menjadi istri pangeran adalah
anakku, Bawang Merah !”
Pangeran
: “Tidak ! Batu tersebut telah memilih Bawang Putih untuk menjadi istriku.”
Bawang
Merah : “Batu itu telah berbohong !”
Pangeran
: “Diam kalian berdua ! kalau kau ingin menikah denganku, bawa sejuta bawang
untukku!”
Ibu
Bawang Merah : “Itu hal yang mustahil !”
Pangeran
: “Kalau begitu cepat pergi darisini !!”
Akhirnya Bawang Merah dan Ibunya
pergi.
Pangeran
: “It’s a beautiful night, we looking for something dumb to do, hey baby I
think I wanna marry you… Putri, maukah kamu menikah denganku ?.”
Bawang
Putih : “Dengan senang hati pangeran..”
Akhirnya Bawang Putih menikah dengan
pangeran. Ayah Bawang Putih pun telah sembuh karena telah di obati oleh tabib
istana. Mereka pun hidup bahagia selamanya.